Artwork

Вміст надано Erastus Sabdono. Весь вміст подкастів, включаючи епізоди, графіку та описи подкастів, завантажується та надається безпосередньо компанією Erastus Sabdono або його партнером по платформі подкастів. Якщо ви вважаєте, що хтось використовує ваш захищений авторським правом твір без вашого дозволу, ви можете виконати процедуру, описану тут https://uk.player.fm/legal.
Player FM - додаток Podcast
Переходьте в офлайн за допомогою програми Player FM !

Kematian Diri yang Permanen

 
Поширити
 

Manage episode 416985068 series 1785659
Вміст надано Erastus Sabdono. Весь вміст подкастів, включаючи епізоди, графіку та описи подкастів, завантажується та надається безпосередньо компанією Erastus Sabdono або його партнером по платформі подкастів. Якщо ви вважаєте, що хтось використовує ваш захищений авторським правом твір без вашого дозволу, ви можете виконати процедуру, описану тут https://uk.player.fm/legal.

Kita dikondisi untuk benar-benar serius dengan Tuhan dan puncak keseriusan kita dengan Tuhan adalah menjadikan Tuhan satu-satunya harta kita; yang sama dengan satu-satunya kebahagiaan kita. Dan hal itu tidak akan terwujud di dalam hidup kita jika kita tidak mengalami kematian; kematian dari manusia lama kita, kematian dari kedagingan kita. Memang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi Roh Kudus akan menolong kita mewujudkan kematian terhadap diri sendiri ini.

Pertanyaannya, apakah kita bersedia mati? Sebab tidak ada harga yang lebih dari ini untuk membalas kebaikan Tuhan. Mati! Kurang dari itu tidak pantas, kurang pantas, tidak cukup. Cara untuk membalas kebaikan Tuhan kepada kita adalah mati. Kita yang bersedia dan memiliki komitmen, itu pun harus masih belajar bagaimana mengalami kematian terhadap diri sendiri. Dan kalau kita tidak bersedia, jauh dari kehidupan yang dikehendaki oleh Allah, kita tidak akan mengerti kematian terhadap diri sendiri ini. Namun karena sering kita tidak stabil, situasional, maka kita masih sering menghidupkan diri kita sendiri. Dan ketika kita menghidupkan diri kita sendiri, Tuhan tidak senang. Dan kalau sudah sampai tingkat tertentu, Tuhan terlukai.

Bukan karena Tuhan memiliki kepentingan, melainkan karena Tuhan tahu kalau kita tidak mati, kita tidak hidup. Tuhan tahu kalau kita tidak mati, kita tidak bisa dimuliakan bersama Yesus, padahal kemuliaan itu Tuhan sediakan bagi kita. Seperti seorang ayah yang ingin mewariskan perusahaannya kepada anaknya, tapi anaknya tidak mampu menerima itu. Itu duka cita, sehingga orang tua harus memercayakannya kepada pegawai atau staf kepercayaannya. Tuhan memberi kita kesempatan untuk berproses. Sebagaimana seekor kupu-kupu, ia harus meninggalkan kepompong, artinya dari ulat berproses agar bisa jadi kupu-kupu yang cantik.

Tuhan mau kita meninggalkan keadaan sebagai ulat, sebagai kepompong, dan kita berkejar-kejaran dengan waktu. Ini bukan diplomasi atau sekadar ucapan khotbah, namun ini adalah kebenaran yang sungguh-sungguh harus kita perhatikan. Proses ini benar-benar berat, apalagi untuk orang-orang muda. Berat bukan berarti tidak bisa dipikul, namun harus dirasakan beratnya dulu. Tetapi melihat kenyataan di lingkungan kita, mereka tidak mengerti beratnya memasuki proses kematian. Mereka masih sembarangan bicara, sembarangan menghakimi orang, sembarangan menilai orang. Dan itu menunjukkan kodrat dosa yang dikobarkan, yang sampai ke tingkat tertentu tidak akan pernah bisa mati.

Dan setan menunggu, menanti dan mengharapkan keadaan itu, di mana seseorang tidak bisa balik lagi, sampai titik tidak balik. Mungkin kita tidak menduga bahwa mengikut Yesus akhirnya membawa kita pada fase seberat ini. Tuhan sudah sering memojokkan kita dengan membuat kita terpojok. Oleh anugerah Tuhan, kita dilukai Tuhan sampai benar-benar tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini. Namun di balik itu, kita dapat memasuki proses kematian dengan lebih ringan.

Ketika Yesus Yang Mulia, Tuhan kita berkata, “Sudah saatnya tiba, muliakanlah Anak-Mu,” artinya bunuhlah Aku. Walaupun di Taman Getsemani terjadi pergumulan hebat, tetapi kesediaan ini ada. Dan kita melihat kemanusiaan seutuhnya dari Yesus. Di Taman Getsemani, sempat Yesus menjadi bimbang. Tapi Yesus mengalahkan kebimbangan-Nya dengan mengatakan, “Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk.22:42). Dan itu merupakan pergumulan yang natural; pergumulan yang kita juga alami. Kita punya komitmen mati, tapi dalam pelaksanaannya sering kita harus berjuang hebat antara kehendak kita dan kehendak Bapa.

Hanya kalau kita bisa meninggalkan manusia lama, mematikan diri sendiri, baru kita bisa sungguh-sungguh menyenangkan hati Allah Bapa. Maka, jangan hanya sekadar dipahami secara nalar, tapi harus dirasakan di dalam batin, bahwa Bapa bisa kita senangkan. Dan itu membahagiakan sekali; hati kita bisa pecah, hancur. Pada waktu Tuhan membawa kita ke pencobaan di mana kita berkesempatan berbuat dosa dan kita memilih tidak, pasti daging kita luka, tapi hati Tuhan disenangkan. Waktu kita dibawa kepada keadaan di mana kita harus membagi roti kita, kita harus menjadi anggur yang tercurah untuk orang lain, hati Bapa disenangkan. Walaupun kita sepertinya rugi, tetapi itu menyenangkan atau membahagiakan hati Bapa.

Selanjutnya, kita harus belajar sendiri, bagaimana mematikan diri sendiri. Tuhan menghendaki secara rohani, yaitu kita menanggalkan manusia lama kita tahap demi tahap. Dan kalau kita tahu bahwa semakin kita memasuki proses kematian yang permanen adalah semakin memuliakan Allah, maka kita pasti berusaha dengan ambisi yang kuat untuk meninggalkan manusia lama kita. Yang kita ingini adalah supaya tubuh kita dapat menjadi alat peraga-Nya. Jiwa kita menjadi bejana, pikiran dan perasaan-Nya, dan ini luar biasa sekali. Yang suatu hari kita bisa membuktikan bahwa tidak ada kehidupan tanpa kematian dan tidak ada kemuliaan tanpa kematian.

  continue reading

154 епізодів

Artwork

Kematian Diri yang Permanen

Truth Daily Enlightenment

425 subscribers

published

iconПоширити
 
Manage episode 416985068 series 1785659
Вміст надано Erastus Sabdono. Весь вміст подкастів, включаючи епізоди, графіку та описи подкастів, завантажується та надається безпосередньо компанією Erastus Sabdono або його партнером по платформі подкастів. Якщо ви вважаєте, що хтось використовує ваш захищений авторським правом твір без вашого дозволу, ви можете виконати процедуру, описану тут https://uk.player.fm/legal.

Kita dikondisi untuk benar-benar serius dengan Tuhan dan puncak keseriusan kita dengan Tuhan adalah menjadikan Tuhan satu-satunya harta kita; yang sama dengan satu-satunya kebahagiaan kita. Dan hal itu tidak akan terwujud di dalam hidup kita jika kita tidak mengalami kematian; kematian dari manusia lama kita, kematian dari kedagingan kita. Memang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, tetapi Roh Kudus akan menolong kita mewujudkan kematian terhadap diri sendiri ini.

Pertanyaannya, apakah kita bersedia mati? Sebab tidak ada harga yang lebih dari ini untuk membalas kebaikan Tuhan. Mati! Kurang dari itu tidak pantas, kurang pantas, tidak cukup. Cara untuk membalas kebaikan Tuhan kepada kita adalah mati. Kita yang bersedia dan memiliki komitmen, itu pun harus masih belajar bagaimana mengalami kematian terhadap diri sendiri. Dan kalau kita tidak bersedia, jauh dari kehidupan yang dikehendaki oleh Allah, kita tidak akan mengerti kematian terhadap diri sendiri ini. Namun karena sering kita tidak stabil, situasional, maka kita masih sering menghidupkan diri kita sendiri. Dan ketika kita menghidupkan diri kita sendiri, Tuhan tidak senang. Dan kalau sudah sampai tingkat tertentu, Tuhan terlukai.

Bukan karena Tuhan memiliki kepentingan, melainkan karena Tuhan tahu kalau kita tidak mati, kita tidak hidup. Tuhan tahu kalau kita tidak mati, kita tidak bisa dimuliakan bersama Yesus, padahal kemuliaan itu Tuhan sediakan bagi kita. Seperti seorang ayah yang ingin mewariskan perusahaannya kepada anaknya, tapi anaknya tidak mampu menerima itu. Itu duka cita, sehingga orang tua harus memercayakannya kepada pegawai atau staf kepercayaannya. Tuhan memberi kita kesempatan untuk berproses. Sebagaimana seekor kupu-kupu, ia harus meninggalkan kepompong, artinya dari ulat berproses agar bisa jadi kupu-kupu yang cantik.

Tuhan mau kita meninggalkan keadaan sebagai ulat, sebagai kepompong, dan kita berkejar-kejaran dengan waktu. Ini bukan diplomasi atau sekadar ucapan khotbah, namun ini adalah kebenaran yang sungguh-sungguh harus kita perhatikan. Proses ini benar-benar berat, apalagi untuk orang-orang muda. Berat bukan berarti tidak bisa dipikul, namun harus dirasakan beratnya dulu. Tetapi melihat kenyataan di lingkungan kita, mereka tidak mengerti beratnya memasuki proses kematian. Mereka masih sembarangan bicara, sembarangan menghakimi orang, sembarangan menilai orang. Dan itu menunjukkan kodrat dosa yang dikobarkan, yang sampai ke tingkat tertentu tidak akan pernah bisa mati.

Dan setan menunggu, menanti dan mengharapkan keadaan itu, di mana seseorang tidak bisa balik lagi, sampai titik tidak balik. Mungkin kita tidak menduga bahwa mengikut Yesus akhirnya membawa kita pada fase seberat ini. Tuhan sudah sering memojokkan kita dengan membuat kita terpojok. Oleh anugerah Tuhan, kita dilukai Tuhan sampai benar-benar tidak mengharapkan kebahagiaan dari dunia ini. Namun di balik itu, kita dapat memasuki proses kematian dengan lebih ringan.

Ketika Yesus Yang Mulia, Tuhan kita berkata, “Sudah saatnya tiba, muliakanlah Anak-Mu,” artinya bunuhlah Aku. Walaupun di Taman Getsemani terjadi pergumulan hebat, tetapi kesediaan ini ada. Dan kita melihat kemanusiaan seutuhnya dari Yesus. Di Taman Getsemani, sempat Yesus menjadi bimbang. Tapi Yesus mengalahkan kebimbangan-Nya dengan mengatakan, “Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (Luk.22:42). Dan itu merupakan pergumulan yang natural; pergumulan yang kita juga alami. Kita punya komitmen mati, tapi dalam pelaksanaannya sering kita harus berjuang hebat antara kehendak kita dan kehendak Bapa.

Hanya kalau kita bisa meninggalkan manusia lama, mematikan diri sendiri, baru kita bisa sungguh-sungguh menyenangkan hati Allah Bapa. Maka, jangan hanya sekadar dipahami secara nalar, tapi harus dirasakan di dalam batin, bahwa Bapa bisa kita senangkan. Dan itu membahagiakan sekali; hati kita bisa pecah, hancur. Pada waktu Tuhan membawa kita ke pencobaan di mana kita berkesempatan berbuat dosa dan kita memilih tidak, pasti daging kita luka, tapi hati Tuhan disenangkan. Waktu kita dibawa kepada keadaan di mana kita harus membagi roti kita, kita harus menjadi anggur yang tercurah untuk orang lain, hati Bapa disenangkan. Walaupun kita sepertinya rugi, tetapi itu menyenangkan atau membahagiakan hati Bapa.

Selanjutnya, kita harus belajar sendiri, bagaimana mematikan diri sendiri. Tuhan menghendaki secara rohani, yaitu kita menanggalkan manusia lama kita tahap demi tahap. Dan kalau kita tahu bahwa semakin kita memasuki proses kematian yang permanen adalah semakin memuliakan Allah, maka kita pasti berusaha dengan ambisi yang kuat untuk meninggalkan manusia lama kita. Yang kita ingini adalah supaya tubuh kita dapat menjadi alat peraga-Nya. Jiwa kita menjadi bejana, pikiran dan perasaan-Nya, dan ini luar biasa sekali. Yang suatu hari kita bisa membuktikan bahwa tidak ada kehidupan tanpa kematian dan tidak ada kemuliaan tanpa kematian.

  continue reading

154 епізодів

Усі епізоди

×
 
Loading …

Ласкаво просимо до Player FM!

Player FM сканує Інтернет для отримання високоякісних подкастів, щоб ви могли насолоджуватися ними зараз. Це найкращий додаток для подкастів, який працює на Android, iPhone і веб-сторінці. Реєстрація для синхронізації підписок між пристроями.

 

Короткий довідник